Majukan
bangsamu dengan mengenal para pahlawan yang memperjuangkan kemerdekaan bangsamu.mempelajari
alur pemikiran mereka. Meneladani sikap, tingkah laku, keputusan dan tindakan
mereka yang membawa dampak baik bagi bangsa. ( SOEKARNO)
Kemerdekaan
memang tidak membawa kita bebas dari persoalan namun dengan kemerdekaan, kita
mempunyai kesempatan untuk menyelesaikan
segala persoalan dengan kemampuan kita. (SOEKARNO).
Jadikan
deritaku ini sebagai sebuah kesaksian, bahwa kekuasaan seorang presiden sekalipun ada batasnya. Karena kekuasaan yang
langgeng hanyalah kekusaan rakyat dan diatas segalanya adalah kekuasaan tuhan
yang maha esa. (SOEKARNO).
Ruangan
intensive care RSPAD Gatot Subroto dipenuhi tentara sejak pagi. Serdadu
berseragam dan bersenjata lengkap bersiaga penuh di beberapa titik strategis
rumah sakit tersebut. Tak kalah banyaknya, petugas keamanan berpakaian preman
juga hilir mudik di koridor rumah sakit hingga pelataran parkir. Sedari pagi,
suasana mencekam sudah terasa. Kabar yang berhembus mengatakan, mantan Presiden
Soekarno akan dibawa ke rumah sakit ini dari rumah tahanannya di Wisma Yaso
yang hanya berjarak lima
kilometer.Malam ini desas-desus itu terbukti. Di dalam ruang perawatan yang
sangat sederhana untuk ukuran seorang mantan presiden, Soekarno tergolek lemah
di pembaringan. Sudah beberapa hari ini kesehatannya sangat mundur. Sepanjang
hari, orang yang dulu pernah sangat berkuasa ini terus memejamkan mata. Suhu
tubuhnya
sangat
tinggi. Penyakit ginjal yang tidak dirawat secara semestinya kian menggerogoti
kekuatan tubuhnya.
Lelaki yang pernah amat jantan dan berwibawa—dan sebab itu banyak digila-gilai perempuan seantero jagad, sekarang tak ubahnya bagai sesosok mayat hidup. Tiada lagi wajah gantengnya. Kini wajah yang dihiasi gigi gingsulnya telah membengkak, tanda bahwa racun telah menyebar ke mana-mana. Bukan hanya bengkak, tapi bolong-bolong bagaikan permukaan bulan. Mulutnya yang dahulu mampu menyihir jutaanmassa
dengan pidato-pidatonya yang sangat memukau, kini hanya terkatup rapat dan
kering. Sebentar-sebentar bibirnya gemetar. Menahan sakit. Kedua tangannya yang
dahulu sanggup meninju langit dan mencakar udara, kini tergolek lemas di sisi
tubuhnya yang kian kurus.
Lelaki yang pernah amat jantan dan berwibawa—dan sebab itu banyak digila-gilai perempuan seantero jagad, sekarang tak ubahnya bagai sesosok mayat hidup. Tiada lagi wajah gantengnya. Kini wajah yang dihiasi gigi gingsulnya telah membengkak, tanda bahwa racun telah menyebar ke mana-mana. Bukan hanya bengkak, tapi bolong-bolong bagaikan permukaan bulan. Mulutnya yang dahulu mampu menyihir jutaan
Jelang Wafat
Melihat kenyataan itu, perasaan
Megawati amat terpukul. Air matanya yang sedari tadi ditahan kini menitik
jatuh. Kian deras. Perempuan muda itu menutupi hidungnya dengan sapu tangan.
Tak kuat menerima kenyataan, Megawati menjauh dan limbung. Mega segera dipapah
keluar. Jarum jam terus bergerak. Di luar kamar, sepasukan tentara terus
berjaga lengkap dengan senjata.
Malam harinya ketahanan tubuh
seorang Soekarno ambrol. Dia coma. Antara hidup dan mati. Tim dokter segera
memberikan bantuan seperlunya.
Keesokan hari, mantan wakil
presiden Muhammad Hatta diizinkan mengunjungi kolega lamanya
ini. Hatta yang ditemani sekretarisnya menghampiri pembaringan Soekarno dengan
sangat hati-hati. Dengan segenap kekuatan yang berhasil dihimpunnya, Soekarno
berhasil membuka matanya. Menahan rasa sakit yang tak terperi, Soekarno berkata
lemah.
“Hatta.., kau di sini..?”
Yang disapa tidak bisa
menyembunyikan kesedihannya. Namun Hatta tidak mau kawannya ini mengetahui jika
dirinya bersedih. Dengan sekuat tenaga memendam kepedihan yang mencabik hati,
Hatta berusaha menjawab Soekarno dengan wajar. Sedikit tersenyum menghibur.
“Ya, bagaimana keadaanmu, No?”
Hatta menyapanya dengan sebutan
yang digunakannya di masa lalu. Tangannya memegang lembut tangan Soekarno.
Panasnya menjalari jemarinya. Dia ingin memberikan kekuatan pada orang yang
sangat dihormatinya ini.
Bibir Soekarno bergetar,
tiba-tiba, masih dengan lemah, dia balik bertanya dengan bahasa Belanda. Sesuatu
yang biasa mereka berdua lakukan ketika mereka masih bersatu dalam Dwi Tunggal.
“Hoe gaat het met jou…?” Bagaimana keadaanmu?
Hatta memaksakan diri tersenyum.
Tangannya masih memegang lengan Soekarno.
Soekarno kemudian terisak bagai
anak kecil.
Lelaki perkasa itu menangis di
depan kawan seperjuangannya, bagai bayi yang kehilangan mainan. Hatta tidak
lagi mampu mengendalikan perasaannya. Pertahanannya bobol. Airmatanya juga
tumpah. Hatta ikut menangis.
Kedua teman lama yang sempat
berpisah itu saling berpegangan tangan seolah takut berpisah. Hatta tahu, waktu
yang tersedia bagi orang yang sangat dikaguminya ini tidak akan lama lagi. Dan
Hatta juga tahu, betapa kejamnya siksaan
tanpa pukulan yang dialami sahabatnya ini. Sesuatu yang hanya bisa dilakukan oleh
manusia yang tidak punya nurani.
“No…” Hanya itu yang
bisa terucap dari bibirnya. Hatta tidak mampu mengucapkan lebih. Bibirnya
bergetar menahan kesedihan sekaligus kekecewaannya. Bahunya terguncang-guncang.
Jauh di lubuk hatinya, Hatta
sangat marah pada penguasa baru yang sampai hati menyiksa bapak bangsa ini.
Walau prinsip politik antara dirinya dengan Soekarno tidak bersesuaian, namun
hal itu sama sekali tidak merusak persabatannya yang demikian erat dan tulus.
Hatta masih memegang lengan
Soekarno ketika kawannya ini kembali memejamkan matanya.Jarum jam terus
bergerak. Merambati angka demi angka.
Sehari setelah pertemuan dengan
Hatta, kondisi Soekarno yang sudah buruk, terus merosot. Putera Sang Fajar itu
tidak mampu lagi membuka kedua matanya. Suhu badannya terus meninggi. Soekarno
kini menggigil. Peluh membasahi bantal dan piyamanya. Malamnya Dewi Soekarno
dan puterinya yang masih berusia tiga tahun, Karina, hadir di rumah sakit.
Soekarno belum pernah sekali pun melihat anaknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar